Surat Terakhir

Lebih dari 4 minggu kita tidak bersama setelah lebih dari 4 tahun lamanya, dalam kurun waktu ini banyak hal yang aku pikirkan dan doakan untuk kebaikan kita bersama di dunia hingga akhirat.

Terima kasih ya, karena telah hadir dalam hidupku… Terima kasih karena telah mengajarkan banyak hal, dan yang paling utama adalah mengajariku bagaimana menjadi seseorang yang lebih memilih untuk bersabar dan mengerti keadaan orang lain daripada mementingkan ego diri. Aku cukup membuktikan diriku dengan janji-janji sederhana yang  aku buktikan tanpa banyak kata-kata. Itu adalah pengabdian tertinggi yang bisa kuberikan untuk membalas seluruh sayangmu.

Terima kasih banyak karena pernah menemaniku, seapa adanya aku. Membantuku untuk bertumbuh menjadi lebih baik. Selalu menyemangatiku untuk melakukan hal apapun yang kusukai, yang hal itu kadang tidak aku dapatkan dari keluargaku. Selalu membanggakanku pada siapapun orang yang kamu temui. Jujur.. Aku masih sering bingung kasih respon sama apa yang kamu kasih.

Sayangnya kamu, perhatiannya kamu.. walau kadang-kadang aku hanya bisa nangis karena terlalu nyakitin. Bahkan di saat aku sibuk aku selalu khawatir tapi aku nggak bisa menunjukkan respon yang semestinya bagaimana. Maaf ya, mungkin masa lalu yang buat aku sebegininya.

Aku udah pernah terlalu perhatian sama orang, udah pernah sesayang itu sama orang, udah pernah sesabar itu nungguin orang, dan udah pernah sekhawatir itu sama orang.

Tapi kamu selalu membuat semua keadaan berbalik

Aku jadi makin takut buat peduli.

Aku jadi makin takut buat kasih perhatian.

Aku jadi makin takut khawatirin keadaan kamu.

Aku jadi makin takut sesayang itu sama orang.

Karena kejadian yang lalu terulang…

Padahal kamu kan orang yang beda. Aku sadar itu juga, sadar akan ketakutanku yang harusnya tidak aku bagikan ke kamu sehingga kamu jadi merasa aku terlalu keras kepala untuk di ajak berbicara. Aku hanya belum bisa selepas itu mengekspresikan sayangku sama kamu.

Aku nggak bisa seperti kamu…

Tapi sampai kapanpun aku akan belajar buat jadi lebih baik. Mungkin kamu nggak akan nemuin aku yang sehangat sebelum ketemu kamu, tapi kamu akan ketemu sama aku yang selalu berusaha melakukan yang terbaik.

Untuk semua kebaikan kamu, aku cuma bisa bilang terima kasih

Aku mohon maaf dari hatiku yang terdalam untuk menyampaikan surat ini…

Maafin ya… karena aku tetap memutuskan untuk pergi atas hasil istikhorohku selama 4 bulan terakhir. Aku tidak kuat untuk tetap bersamamu setelah berbagai kejadian selama 4 tahun terakhir, apalagi tanpa ridho orang tuaku. Sampai aku sudah lupa membedakan antara kewajiban dan bahagia untuk diriku sendiri. Pun aku masih belum sembuh dari luka hati yang terlalu dalam untuk aku sembuhkan sendiri dalam waktu dekat.

Maaf ya sayang, kali ini aku akan egois demi kebaikan kita bersama. Aku gak mau sakit hatiku ini menjadi penghambat rezekimu. Aku merasa tidak akan mampu untuk jadi orang yang sama lagi. Aku juga merasa gak akan mampu untuk merubah sifat-sifat kamu yang harusnya jadi tanggung jawab kamu sebagai laki-laki dewasa. Aku juga gak mau terus menerus sedih karena harus memilih antara berbakti dengan suami, orang tua bahkan diriku sendiri. Maafkan aku yang lebih memilih pulang ke rumah orang tuaku untuk berbakti di sisa umurku.

Aku berjanji akan tetap menjaga kehormatan keluargamu dan harga dirimu sebagai orang yang pernah membahagiakan aku. Tak apa-apa apabila kita bukan jadi yang terbaik, setidaknya kita pernah berusaha walaupun kenyataannya memang tak bisa dipaksakan. Relakanlah dan ihklaskanlah aku pergi ya, agar kita punya kesempatan untuk masa depan dan hidup nanti.

Kehadiranmu, membuatku melihat banyak hal yang selama ini ku tak lihat. Kehadiranmu memberi dampak yang bikin aku begitu berterima kasih kepada Tuhanku karena salah satu doa yang baru kutambahkan kembali di kabulkanNya. Tak usah kamu tanya bagian mana dalam dirimu yang membuat aku berterima kasih, biarkan itu menjadi bagian dari obrolan dan tangisku bersama Allah disaat kamu mungkin sedang tertidur.

Keputusan ini aku buat sendiri tanpa pengaruh dan paksaan dari siapapun. Mungkin perpisahan ini akan begitu menyakitkan bagimu. Tetapi akan menjadi lebih menyakitkan jika kita terus bersama. Jangan sedih ya… kita masih punya Allah, sebaik-baiknya tempat kita bersandar dan pulang. Tak ada lagi yang ku inginkan, tugas aku sudah selesai untuk menemani kamu, sekali lagi maaf ya karena sampai di sini aku akhiri semua perjuangan bersamamu. Mungkin keputusanku ini dan semua gugatanku di pengadilan nanti bisa membuat kamu membenciku agar lebih mudah untukmu, agar kamu dapat lanjutkan langkahmu. Agar bisa kamu gantikan posisiku di hatimu dengan orang lain, yang jauh lebih baik dari pada aku.

Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur. Bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringiku selama 4 tahun ini. Kadang-kadang kita harus memilih jalan yang tidak kita suka, tapi jalan itu akan menyelamatkan kita dari keterpurukan yang panjang. Jalan itu adalah perpisahan. Perceraian itu bukan hal buruk, justru itu adalah keputusan terbaik ketika pernikahan tidak lagi memberi kedamaian apalagi kebahagiaan.

Aku selalu memaafkan kamu dengan segala apapun kondisimu. Setidaknya, kamu tahu bahwa aku selalu mengusahakan dan menjaga marwahmu. Jadi, nanti; Perihal sakitnya, patahnya, gugurnya, menyerahnya, aku yakin sudah tidak ada penyesalan untuk kita.

Bolehkah kutitipkan pesan untukmu?

Hargailah orang tuamu, hargailah mertuamu nanti, hargailah pasangan hidupmu dan hargailah teman-teman di sekitarmu yang bersedia menemanimu dari bawah. Jangan sekali-kali merendahkan mereka apapun bentuk dan kondisinya. Ingatlah bahwa manusia memiliki hati yang mudah patah, makanya nanti kamu harus mampu menjaga hati orang-orang di sekitarmu. Jika tidak, mereka akan sering terjatuh lagi dan lagi hingga akhirnya hancur tak tersisa, terluka dan sakit selamanya. Agar nanti kamu gak salah menentukan langkah dan terluka lagi. Kata-kata dan perbuatan adalah hal yang sangat sensitif, jadi pesanku jagalah kedua hal itu dengan sebaik-baiknya ya… Karena kata maaf tak akan selalu ada untuk memperbaikinya, dan waktu tak akan pernah bisa kembali lagi. Karena akujuga hanya perempuan biasa yang tidak akan menerima bentuk apapun bernama, luka.

Ingatlah bahwa orang-orang disekitarku tidak fitnah kamu, mereka melihat kenyataannya sendiri dan lebih memilih diam selama ini karena menghargai kita. Bahkan orang-orang terdekatku yang lebih memilih menjauh karena menghargai keputusanku dan ingin aku Bahagia bersamamu. Sampai pada waktunya Allah buka semua, sampai pada akhirnya aku pun tersadarkan bahwa semua hal yang kamu lakukan kepada anak yatim adalah hal yang tidak diridhoi Allah. Apabila kamu masih merasa bahwa ini adalah fitnah, maka lebih baik diam dan doakanlah mereka yang menyakitimu. Sesungguhnya Allah lebih ridho untuk kamu cerita kepadaNya dibanding membela diri atau bahkan membalas perkataan mereka.

Kamu masih muda, kamu harus bangkit dengan berpegang teguh sama Allah… semoga dengan keputusanku ini membuat kamu bisa benar-benar bergantung hanya kepada Allah. Tanpa adanya aku disisimu lagi.

Sayang, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Aku akan jadi orang pertama yang bahagia ketika nanti melihat kamu lebih baik dari kemarin ataupun hari ini. Jangan pernah kecil hati ya, Wallahi, percaya bahwa Allah sayang banget sama kita sehingga menegur kita lebih cepat untuk bisa bangkit lebih cepat.

Aku percaya kamu menuju berubah ke arah yang lebih baik. Aku percaya kamu bisa lebih baik dibandingkan saat kita bersama.

Suatu hari nanti, takdir akan mempertemukanmu dengan orang-orang baik yang bersedia meluaskan kesabarannya untuk memahami segala macam karaktermu. Tanpa harus kamu jabarkan satu per satu karaktermu. Takdir akan mempertemukanmu dengan seseorang yang bersedia melapangkan hatinya untuk menerimamu. Tanpa harus kamu berusaha keras menampilkan versi terbaik darimu, menyembunyikan segala keburukanmu.

Aku menuliskanmu surat ini, agar kamu temukan dirimu sangat berarti lebih dari apa yang kamu perkirakan bagi seluruhnya aku.

Selamat tinggal sayangku,

Semoga kamu menemukan damai, dan selalu memilih untuk bahagia bersama dengan keluargamu. Aku dengan tulus berdoa, agar kamu selalu bahagia hingga akhir hayat nanti. Berbahagialah.. karena aku akhirnya menemukan bahagia dan damai dengan cara melepasmu. Melepas segala perasaan yang berhubungan denganmu.

Wallahi, sejak kita memutuskan menikah, Aku sayang kamu karena Allah dan aku memutuskan pergi juga karena Allah. Aku sayang Mama, Papa dan Mpi yang tetap akan jadi keluargaku selamanya. Aku akan tetap menjadi teman terbaikmu untuk berkeluh kesah. Tempat kamu bertanya atau minta saran apapun. Tapi maafin ya, aku mungkin nanti akan jadi orang yang paling blak-blakan untuk kebaikan kamu. Aku harap kamu bisa menerimanya. Aku berharap kamu bisa melanjutkan hidup yang baru tanpa aku, karena aku percaya kamu bisa dan aku selalu mendoakanmu agar Allah akan menjaga kamu selamanya. Sebaik-baiknya pelindung kita. Seperti doa kita setiap malam sebelum tidur.

Terima kasih banyak karena pernah menjadi cahaya terang dalam hidupku. Sekali lagi, aku mohon dimaafkan dengan semua rasa sayang yang kamu punya untuk aku. Mohon dimaafkan untuk segala perkataan dan perbuatan keluargaku yang tidak berkenan.

Aku menyarankan untuk kita tidak perlu datang ke sidang agar kamu tidak terluka lebih dalam mendengar semua gugatan dan kesaksian nanti. Aku juga gak akan datang, karena aku pun gak akan kuat menyampaikannya secara langsung di hadapan kamu. Aku akan minta orang untuk mewakiliku, agar lebih mudah buatku meninggalkanmu dan agar kita tetap bisa saling silaturahim setelah masa iddah-ku selesai nanti.

Aku pamit ya, jaga diri baik-baik. Jaga kesehatan, jangan lupa perbaiki ibadahnya. Aku sadar aku gak bisa merubahmu, jadi berubahlah sesuai keinginan dan kemampuanmu. Jadilah yang terbaik menurutmu. Aku juga sudah memproses gugatan ke alamat rumahmu yang mungkin akan tiba sekitar minggu depan. Aku belum tau akan pulang kapan, jadi jangan tunggu aku ya.. lanjutkan hidupmu dan mulailah lembaran baru.

Aku harap kamu bisa mengikhlaskan untuk melepasku ya… Hanya ini permintaan terakhirku, agar kamu rela melepasku dan kamu bisa hidup lebih baik, demi kebaikan kita bersama.

Makkah, 11 April 2024

Leave a comment